Gaji Besar, Kerja Pasti Puas?

 

Bagi sebagian besar orang mungkin akan beranggapan bahwa bekerja di suatu perusahaan yang bonafid bergaji besar akan berdampak pada kepuasan kerja mereka. Gaji yang besar akan menjadi motivasi tersendiri guna meraih prestasi kerja. Makannya, tak heran ketika perusahaan-perusahaan papan atas seperti perusahaan BUMN, atau multinasional menjadi buruan utama para pencari kerja.

Selain prospek karir yang menjanjikan, prestis yang didapat nantinya, dan tentunya gaji yang terbilang besar. Namun, apakah selalu begitu, ketika gaji besar berbanding lurus dengan kepuasan kerja para karyawan? Bahkan berdampak pada kebahagiaan dalam hidupnya?

Pada dasarnya memang, alasan utama dan pertama orang bekerja adalah untuk mendapatkan upah atau gaji untuk memenuhi kebutuhan dan bertahan hidup. Akan semakin menguntungkan dan terjamin apabila gaji yang diperoleh di atas rata-rata, bahkan lebih.

Akan tetapi, tak selalu mereka yang bekerja di perusahaan besar dengan salary maximum, akan terjamin kebahagiannya. Jangan bicara mengenai kebahagiaan, kepuasan kerja pun masih belum pasti. Artinya, tak selalu gaji besar berbanding lurus dengan tingkat kepuasan kerja para karyawan.

Mengapa demikian?

Beberapa pakar mengatakan bahwa pemberian gaji yang tinggi, hanya memberikan kesenangan sementara untuk karyawan. Mereka hanya merasa senang, belum tentu bahkan tidak merasa puas. Gaji yang cenderung tinggi atau mengalami kenaikan yang cukup signifikan tidak memberikan dampak langsung dengan peningkatan produktifitas dan kinerja karyawan.

Gaji tinggi hanya menyentuh sisi kebahagiaan dan motivasi hanya pada ‘lapis luar’ saja, tidak sampai pada intinya. Artinya, tentu akan sangat berbeda, ketika gaji yang diberikan tidak sesuai dengam harapan (gaji kecil atau pas-pasan), maka para karyawan akan bertindak lain. Bisa dikatakan bahwa gaji yang besar sebatas menggerakkan kinerja karyawan hanya sebatas ingin mendapatkan imbalan tinggi, bukan karena dorongan aktualisasi diri.

Para karyawan perlu diberikan kesadaran akan pentingnya eksptetasi diri dan meraih prestasi dalam bekerja. Mengembangkan kebutuhan untuk maju dan berprestasi. Bagaimana usaha pihak perusahaan dalam memberikan kesempatan yang luas kepada para karyawan untuk meraih pencapaian maksimum dan dapat menjadikan dirinya bernilai yang pantas untuk diakui. Aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi pada diri manusia (karyawan), karena merupakan jalan untuk membuktikan eksistensi diri. Dengan demikan, karyawan yang bekerja dengan orientasi tujuan dan prestasi akan sangat berbeda dibanding karena gaji tinggi.

Para pemikir SDM banyak memberikan spekulasi dan teori mengenai hal ini. Bahwa pada intinya seorang karyawan dan perusahaan ibarat sepasang partner kerja yang harus saling menguntungkan. Perusahaan yang memiliki visi misi, diharapkan mampu menerjemahkannya dalam wujud kebijakan-kebijakan untuk para karyawan, yang mana selaras dengan apa yang karyawan ekspetasikan dalam dirinya. Sejalan dengan apa yang karyawan ingin aktualisasikan dalam perusahaan melalui kinerjanya. Ini yang dinamakan prinsip keterarahan.

Keterarahan adalah titik temu antara tujuan perusahaan dan persistensi karyawan. Tujuan perusahaan adalah suatu kejelasan akan apa yang hendak dituju dengan didirikannya perusahaan. Sedangkan persistensi adalah daya tahan karyawan dalam berkontribusi dan memberikan andil dalam menggapai tujuan perusahaan tersebut melalui kinerja yang dilakukannya.

Dengan kata lain keterarahan adalah bagaimana perusahaan bisa melakukan sinkronisasi dengan para karyawannya, sehingga apa yang masing-masing harapkan di dalam perusahaan bisa terwujud bersama dalam suatu interaksi industrial yang menguntungkan.

Bila keterarahan bisa diwujudkan, kemungkinan mendapatkan kepuasan kerja juga bukan hal yang sulit. Karena sedari awal para karyawan di dorong untuk melakukan sesuai dengan kebutuhan aktualisasi dalam dirinya, bukan karena iming-iming gaji besar.